Yang mana anda? Yang mana pun anda, perokok ataupun Anti-rokok, tidak menjadi soal, itu hak anda dalam menentukan nasib paru-paru anda. Ingin lebih sehat, jauhi kebiasaan menghisap daun tembakau kering itu, namun jika tak acuh atas hal itu, silahkan penuhi setiap rongga paru-paru anda dengan nikotin dan tar-nya.
Menarik mengamati sepak terjang strategi marketing para perusahaan rokok kita dalam mendukung kegiatan-kegiatan positif dalam negeri, baik event-event olahraga, kesenian maupun dibidang pendidikan. Coba tengok kompetisi-kompetisi sepakbola dalam negeri kita yang disponsori oleh perusahaan-perusahaan rokok! Liga Indonesia disponsori oleh PT Djarum. Sedangkan Copa Indonesia disponsori oleh Dji Sam Soe yang tak lain salah satu produk dari PT Sampoerna, jangan lupa juga, beberapa tahun yang lalu PT. Gudang Garam juga pernah mensponsori liga Indonesia kita. Djarum juga secara konsisten mendanai pelatihan atlet-atlet nasional bulutangkis kita, prestasi gemilang atlet-atlet bulutangkis Indonesia dari era Rudi Hartono sampai Taufik Hidayat, tak lepas dari kontribusi PT Djarum. Wismilak juga punya kompetisi tenis dunia yang aktif di adakan di Bali.
Tengok pula Sampoerna Foundation yang concern dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Lihat juga konser-konser musik di Indonesia, semua rokok berlomba-lomba menjadi sponsor utamanya. Dahsyat. Indonesia dengan lebih dari 240 juta penduduknya (2005) adalah pasar yang potensial bagi para perusahaan-perusahaan rokok untuk menjual produknya. Rokok adalah mustahil, kalau tidak laku dijual. Efek addicted yang ditawarkannya, membuat para pecintanya akan selalu membelinya dengan harga berapapun (even jika harganya naik, baik karena meningginya biaya produksi maupun cukai rokok yang dinaikkan pemerintah).
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa cukai dari rokok adalah sektor income penting bagi pendapatan nasional. Kas Negara mungkin akan defisit jika tidak ada rokok. Beberapa minggu yang lalu, di beberapa kabupaten di Jawa Tengah, pihak berwajib telah mengungkap beberapa pabrik rokok illegal yang telah berproduksi lebih dari 5 tahun tanpa membayar cukai kepada pemerintah. Dan itu telah merugikan pemerintah milyaran rupiah. Para pembuat kebijakan cukup cerdas untuk melindungi potensi pendapatan yang mampu di hasilkan industri ini (bayangkan jika pemerintah melegalkan industri Prostitusi, Judi, Minuman Keras dan Narkoba dengan syarat pajak hehe…cukup bayangkan!!! Jangan jadikan wacana apalagi direalisasikan.Haram!!!). Usaha melindungi industri rokok ini oleh pemerintah, kita sebut saja Cigarettocracy. : -)
Negatif yang berkontribusi positif. Rokok diidentikkan negative oleh banyak orang. Tidak hanya rokok, namun juga Miras, Narkotika, Judi dan prostitusi diasumsikan minus. Industri-industri tersebut yang kebanyakan legal di Negara-negara belahan bumi bagian barat, juga aktif berkontribusi positif. Liga sepakbola utama di Inggris (English Premier League) di sponsori oleh bir Barclays. Disana juga ada Carling Cup, Carling adalah merek bir terkenal. Lalu ada bir Carlesberg yang bertahun-tahun selalu melekat di dada kostum klub raksasa Inggris, Liverpool. Bahkan AC Milan, klub sepakbola besar Italia, sekarang di sponsori oleh rumah bursa taruhan dunia, BetWin.
Kesimpulannya, negatif tidak selamanya negatif, mereka bisa saja menjadi positif (bukankah minus dikali minus adalah plus?) tergantung bagimana produk-produk itu membangun branding image mereka masing-masing. Diluar kepentingan bisnis, sebagai sarana promosi, usaha-usaha perusahaan rokok di Indonesia telah menunjukan hasil positif. kontribusi mereka bagi pendapatan nasional dan dukungan kepada olahraga, pendidikan dan seni-budaya indonesia, saya apresiasikan dengan 2 jempol.
Jadi pesan saya untuk masyarakat Indonesia, Teruslah Merokok Saudaraku!!!
Peran kalian sebagai konsumen sungguh sangat vital dalam meningkatkan pendapatan Negara,dan memajukan kualitas olahraga, pendidkan dan kesenian nasional. Salut.
2 komentar:
tulisan yang menarik...
cuma kalo liat bawahnya mengecewakan
Luar biasa kontribusi anda dalam mendukung industri rokok yang telah meracuni balita,kaum muda indonesia selama bertahun-tahun. Jika bisnis kejahatan dinilai dapat menjadi positif apa bedanya dengan uang hasil dari pekerjaan membunuh orang kemudian digunakan untuk menyumbang ke panti asuhan atau membangun tempat ibadah. Sungguh memprihatinkan, ketika akal tidak digunakan lagi untuk mencari solusi yang lebih baik maka uang menjadi lebih utama dari segala-galanya, harga diri diinjak-injak.
Posting Komentar